BAYANGAN
Hari
itu Bela dan Alan pulang larut malam dikarenakan pekerjaan yang cukup banyak
dikampus. Mereka berdua keluar menuju gerbang, tapi alhasil, yang mereka
temukan hanya gerbang yang terkunci tanpa adanya satpam. Mungkin mereka terlalu
baru untuk mengetahui bahwa satpam tidak bertugas diatas jam 11 malam. Memang,
tidak lebih dari 1 bulan kampus itu menerima mahasiswa baru.
“Mari telusuri jalan belakang, aku dengar dibelakang
gedung ini terdapat tembusan yang mengarah ke jalan besar.” Ajak Alan.
Bela yang terlihat lelah mencoba mengikuti ajakan Alan.
“Apakah kau tahu arah jalannya?” Tanya Bela.
“Tentu saja.” Jawab temannya itu.
Akhirnya dengan bujukan Alan, mereka berdua berjalan menuju
jalan kecil belakang kampus yang tidak disangka ternyata melewati hutan. Sesampainya
disana, mereka terkejut karena tidak menyangka hutan yang akan dilewati begitu
gelap, sangat gelap. Lalu, mereka berjalan menusuri hutan itu dan mencari
sumber cahaya yang ada. Di tengah perjalanan mereka menemukan cahaya
remang-remang dan tanpa berpikir lagi mereka mengikuti cahaya tersebut.
Ternyata cahaya itu bersumber dari sebuah rumah tua yang terdapat di tengah
hutan.
Dengan ragu-ragu, kedua anak itu memasuki halaman depan
dan menemukan pintu rumah yang sedikit terbuka. Tanpa menyapa pemilik rumah,
mereka berdua masuk. Ruangan yang pertama dimasuki ialah ruang tamu. Di dalam
rumah tersebut, mereka mendapati perabotan-perabotan rumah yang sudah dimakan
usia dan juga rak buku yang dipenuhi buku-buku tua yang tidak dikenali sama
sekali. Barang-barang antik yang terpajang disetiap sudut ruangan, ditambah jam
dinding kayu yang menunjukkan malam itu pukul 03.00, berbeda dengan jam tangan
Bela yang menandakan masih pukul 12.30.
Karena Bela dan Alan tidak mendapati orang yang bisa
diminta bantuan, lalu mereka berdua berjalan ke arah dapur. Tapi disanapun juga
tidak terdapat satu orang pun selain mereka.
“Lihat! Aku menemukan secarik kertas.” Tunjuk Alan.
“Apa itu?” Tanya Bela.

|
“Apa maksudnya?” Tanya
Bela bingung.
“Aku tidak mengerti. Ayo cari tahu.”
Balas Alan.
Lalu kedua anak tersebut menuju ke
ruang makan dan mendengar perdebatan besar dari para penghuni rumah.
Dilihatnya diruangan kecil yang
sempit itu 6 orang yang terdiri dari 4 pelayan wanita dan 2 pelayan pria serta
seorang wanita dengan baju merah panjang yang kelihatannya orang terhormat.
Didengarnya percakapan antar orang asing itu, Bela dan Alan tahu bahwa mereka sedang
mempermasalahkan peraturan baru yang berasal dari secarik kertas yang tadi
mereka baca di ruang tamu.
“Peraturan baru macam apa ini,
Nyonya Cayman?” bentak pelayan 1.
“Kami memang pelayan, tapi kami manusia
biasa yang tidak bisa Anda perintahkan seperti ini!” bela pelayan 4.
“Ini tidak adil! Kau kaya raya sedang kami
miskin!” teriak pelayan lainnya.
Didalam keributan tersebut, situasi wanita
kaya raya itu makin terpojok. Ia tidak bisa melawan pelayan-pelayannya. Dia
hanya berteriak meminta tolong karena merasa tidak bisa menahan amarah dan juga
emosi para pelayannya.
Sementara itu, Bela dan Alan yang
sudah lama mengintip dari luar tidak tahu harus berbuat apa. Mereka sempat
melihat ketakutan dan juga wajah lesu di
muka wanita kaya raya itu. Kini sosok yang terlihat berwibawa dan bijaksana itu
berubah menjadi sangat lemah tak berdaya, seakan-akan pohon yang ingin ditebang.
Dalam kebingungan, dengan berani Alan masuk
ruangan yang dipenuhi orang tidak dikenal tersebut. Ketika ia baru melangkah,
tiba-tiba saja,terlihat semburan api yang tidak tahu dari mana asalnya. Api itu
muncul tanpa ada sumbernya. Bela dan Alan sontak panik, seketika api itu
merambat diseluruh ruang. Bela maupun Alan tidak bisa melihat apa-apa kecuali
api yang merah menyala. Dengan cepat dan napas yang terengah-engah, mereka lari
keluar rumah dan balik menuju hutan.
Beberapa langkah mereka lari, seketika
suasana sunyi senyap. Hening, dingin, dan yang terdengar hanya hembusan napas. Dan
sewaktu mereka balik menoleh kebelakang, tidak ada lagi kobaran api yang
menyala-nyala. Tidak juga terlihat puing-puing berserakan. Tidak ada sisa-sisa
kehidupan yang terlihat. Yang ada hanya hutan luas dipenuhi pohon-pohon besar.
Rumah itu lenyap.
Mereka menutup mata, lalu membukanya sekali
lagi. Tidak percaya dengan apa yang dilihat, mereka pulang menulusuri jalan
yang dianggap benar dan dipenuhi pikiran akan rumah yang tadi mereka datangi.
Dan akhirnya, mereka menemukan jalan besar yang dapat mengantarnya pulang ke
rumah.
Esoknya ketika kembali ke kampus,
raut muka Bela terlihat biasa saja, seolah tidak terjadi apa-apa, walaupun bayangan
tentang kejadian tadi malam masih terbayang-bayang di benaknya. Mencoba
melupakan peristiwa aneh yang baru pertama kali dialami, tiba-tiba saja
terdengar teriakan seseorang yang memanggil dirinya.
“Bela!” panggil Alan.
Bela menatapnya dengan pandangan kosong
tanpa ekspresi.
“Maukah kau ikut?” ajak Alan memaksa.
“Kemana?” tanyanya.
“Lewat sini.” Ditariknya tangan Bela ke
jalan yang ditunjuk Alan.
Alan membawa Bela ke suatu tempat yang
berada tidak jauh dari gedung kampusnya. Mereka bertemu seorang kakek yang
diyakini Alan sudah tinggal lama di wilayah tersebut. Setelah dipersilahkan
duduk di teras rumah, akhirnya mereka bertiga bercakap-cakap. Entah mengenai
hal apa, yang bisa dilihat adalah tampang keseriusan dari wajah Bela dan Alan,
seperti wartawan yang sedang mewawancarai seorang narasumbernya.
Setelah puas dua anak itu bertanya-tanya, mereka
saling berpandangan dan tersenyum kaku. Dipegangnya tangan Bela yang terasa dingin
oleh Alan dan beberapa langkah tanpa disadari mereka telah meninggalkan rumah
kakek tua itu.
Ternyata, rumah tua, lalapan api, pelayan
serta majikan yang mereka lihat semalam itu benar adanya. Hanya, kejadian
itu telah terjadi kurang lebih 18 tahun yang
lalu. Ketika di wilayah tersebut hanya terdapat rumah besar yang dikelilingi
hutan. Disana tinggal para pelayan dan seorang majikan yang kejam. Suatu malam,
terjadi perdebatan antar para pelayan dan majikannya. Karena dendam para
pelayan kepada majikannya, mereka sempat berniat membunuh wanita kaya raya itu
sebelum dia menjatuhkan lampu minyak dan akhirnya terjadi kebakaran yang
menghanguskan rumah serta para penghuni yang berada didalamnya tanpa tersisa
apapun.
Semenjak kejadian malam itu, Bela dan Alan tidak
ada niatan untuk pulang larut malam lagi dan juga tidak akan pernah melewati
ataupun menelusuri hutan yang sudah memasuki alam sadar mereka itu.