Minggu, 15 Maret 2015

CERPEN

BAYANGAN

Hari itu Bela dan Alan pulang larut malam dikarenakan pekerjaan yang cukup banyak dikampus. Mereka berdua keluar menuju gerbang, tapi alhasil, yang mereka temukan hanya gerbang yang terkunci tanpa adanya satpam. Mungkin mereka terlalu baru untuk mengetahui bahwa satpam tidak bertugas diatas jam 11 malam. Memang, tidak lebih dari 1 bulan kampus itu menerima mahasiswa baru.
“Mari telusuri jalan belakang, aku dengar dibelakang gedung ini terdapat tembusan yang mengarah ke jalan besar.” Ajak Alan.
Bela yang terlihat lelah mencoba mengikuti ajakan Alan. “Apakah kau tahu arah jalannya?” Tanya Bela.
“Tentu saja.” Jawab temannya itu.
Akhirnya dengan bujukan Alan, mereka berdua berjalan menuju jalan kecil belakang kampus yang tidak disangka ternyata melewati hutan. Sesampainya disana, mereka terkejut karena tidak menyangka hutan yang akan dilewati begitu gelap, sangat gelap. Lalu, mereka berjalan menusuri hutan itu dan mencari sumber cahaya yang ada. Di tengah perjalanan mereka menemukan cahaya remang-remang dan tanpa berpikir lagi mereka mengikuti cahaya tersebut. Ternyata cahaya itu bersumber dari sebuah rumah tua yang terdapat di tengah hutan.  
Dengan ragu-ragu, kedua anak itu memasuki halaman depan dan menemukan pintu rumah yang sedikit terbuka. Tanpa menyapa pemilik rumah, mereka berdua masuk. Ruangan yang pertama dimasuki ialah ruang tamu. Di dalam rumah tersebut, mereka mendapati perabotan-perabotan rumah yang sudah dimakan usia dan juga rak buku yang dipenuhi buku-buku tua yang tidak dikenali sama sekali. Barang-barang antik yang terpajang disetiap sudut ruangan, ditambah jam dinding kayu yang menunjukkan malam itu pukul 03.00, berbeda dengan jam tangan Bela yang menandakan masih pukul 12.30.
Karena Bela dan Alan tidak mendapati orang yang bisa diminta bantuan, lalu mereka berdua berjalan ke arah dapur. Tapi disanapun juga tidak terdapat satu orang pun selain mereka.
“Lihat! Aku menemukan secarik kertas.” Tunjuk Alan.
“Apa itu?” Tanya Bela.
“Tadinya kupikir surat, tapi ternyata sebuah catatan. Itu bertuliskan …”


Peraturan!
1.                 Pelayan wajib bekerja 7 hari
tiap minggunya.
2.                 Pelayan wajib bekerja 12 jam
tiap harinya.
3.                 Pelayan tidak boleh bicara
maupun duduk disaat bekerja.
4.                 Pelayan wajib memakai baju
khusus pelayan yang sudah
disediakan.
5.                 Pelayan dilarang berkomunikasi
dengan pelayan lain .
 
 








                   
            “Apa maksudnya?” Tanya Bela bingung.
            “Aku tidak mengerti. Ayo cari tahu.” Balas Alan.
            Lalu kedua anak tersebut menuju ke ruang makan dan mendengar perdebatan besar dari para penghuni rumah.
            Dilihatnya diruangan kecil yang sempit itu 6 orang yang terdiri dari 4 pelayan wanita dan 2 pelayan pria serta seorang wanita dengan baju merah panjang yang kelihatannya orang terhormat. Didengarnya percakapan antar orang asing itu, Bela dan Alan tahu bahwa mereka sedang mempermasalahkan peraturan baru yang berasal dari secarik kertas yang tadi mereka baca di ruang tamu.
            “Peraturan baru macam apa ini, Nyonya Cayman?” bentak pelayan 1.
“Kami memang pelayan, tapi kami manusia biasa yang tidak bisa Anda perintahkan seperti ini!” bela pelayan 4.
“Ini tidak adil! Kau kaya raya sedang kami miskin!” teriak pelayan lainnya.
Didalam keributan tersebut, situasi wanita kaya raya itu makin terpojok. Ia tidak bisa melawan pelayan-pelayannya. Dia hanya berteriak meminta tolong karena merasa tidak bisa menahan amarah dan juga emosi para pelayannya.
            Sementara itu, Bela dan Alan yang sudah lama mengintip dari luar tidak tahu harus berbuat apa. Mereka sempat melihat ketakutan  dan juga wajah lesu di muka wanita kaya raya itu. Kini sosok yang terlihat berwibawa dan bijaksana itu berubah menjadi sangat lemah tak berdaya, seakan-akan pohon yang ingin ditebang.
Dalam kebingungan, dengan berani Alan masuk ruangan yang dipenuhi orang tidak dikenal tersebut. Ketika ia baru melangkah, tiba-tiba saja,terlihat semburan api yang tidak tahu dari mana asalnya. Api itu muncul tanpa ada sumbernya. Bela dan Alan sontak panik, seketika api itu merambat diseluruh ruang. Bela maupun Alan tidak bisa melihat apa-apa kecuali api yang merah menyala. Dengan cepat dan napas yang terengah-engah, mereka lari keluar rumah dan balik menuju hutan.
Beberapa langkah mereka lari, seketika suasana sunyi senyap. Hening, dingin, dan yang terdengar hanya hembusan napas. Dan sewaktu mereka balik menoleh kebelakang, tidak ada lagi kobaran api yang menyala-nyala. Tidak juga terlihat puing-puing berserakan. Tidak ada sisa-sisa kehidupan yang terlihat. Yang ada hanya hutan luas dipenuhi pohon-pohon besar. Rumah itu lenyap.
Mereka menutup mata, lalu membukanya sekali lagi. Tidak percaya dengan apa yang dilihat, mereka pulang menulusuri jalan yang dianggap benar dan dipenuhi pikiran akan rumah yang tadi mereka datangi. Dan akhirnya, mereka menemukan jalan besar yang dapat mengantarnya pulang ke rumah.
            Esoknya ketika kembali ke kampus, raut muka Bela terlihat biasa saja, seolah tidak terjadi apa-apa, walaupun bayangan tentang kejadian tadi malam masih terbayang-bayang di benaknya. Mencoba melupakan peristiwa aneh yang baru pertama kali dialami, tiba-tiba saja terdengar teriakan seseorang yang memanggil dirinya.
“Bela!” panggil Alan.
Bela menatapnya dengan pandangan kosong tanpa ekspresi.
“Maukah kau ikut?” ajak Alan memaksa.
“Kemana?” tanyanya.
“Lewat sini.” Ditariknya tangan Bela ke jalan yang ditunjuk Alan.
Alan membawa Bela ke suatu tempat yang berada tidak jauh dari gedung kampusnya. Mereka bertemu seorang kakek yang diyakini Alan sudah tinggal lama di wilayah tersebut. Setelah dipersilahkan duduk di teras rumah, akhirnya mereka bertiga bercakap-cakap. Entah mengenai hal apa, yang bisa dilihat adalah tampang keseriusan dari wajah Bela dan Alan, seperti wartawan yang sedang mewawancarai seorang narasumbernya.
Setelah puas dua anak itu bertanya-tanya, mereka saling berpandangan dan tersenyum kaku. Dipegangnya tangan Bela yang terasa dingin oleh Alan dan beberapa langkah tanpa disadari mereka telah meninggalkan rumah kakek tua itu.
Ternyata, rumah tua, lalapan api, pelayan serta majikan yang mereka lihat semalam itu benar adanya. Hanya, kejadian itu  telah terjadi kurang lebih 18 tahun yang lalu. Ketika di wilayah tersebut hanya terdapat rumah besar yang dikelilingi hutan. Disana tinggal para pelayan dan seorang majikan yang kejam. Suatu malam, terjadi perdebatan antar para pelayan dan majikannya. Karena dendam para pelayan kepada majikannya, mereka sempat berniat membunuh wanita kaya raya itu sebelum dia menjatuhkan lampu minyak dan akhirnya terjadi kebakaran yang menghanguskan rumah serta para penghuni yang berada didalamnya tanpa tersisa apapun.
Semenjak kejadian malam itu, Bela dan Alan tidak ada niatan untuk pulang larut malam lagi dan juga tidak akan pernah melewati ataupun menelusuri hutan yang sudah memasuki alam sadar mereka itu.



Perbedaan ISD (Ilmu Sosial Dasar) dan IBD (Ilmu Budaya Dasar)



Pengertian Ilmu Sosial Dasar (ISD)

Ilmu Sosial Dasar merupakan sebuah kajian yang sifatnya tidak terpaku dengan bidang keahlian (disiplin) tertentu atau biasa disebut dengan interdisiplin. Pengertian interdisiplin  yaitu mencakup dari berbagai bidang keahlian seperti sejarah, ekonomi, geografi sosial, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial. Ilmu Sosial dasar diharapkan dapat membantu  untuk menganilisis dan melesaikan problem atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Menurut Arthur G. Binning and David H.Binning (1982), Studi Sosial adalah mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan perkembangan dan organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai anggota dari kelompok sosial.

Tujuan ISD
Tujuan Umum dari Ilmu Sosial Dasar adalah untuk membantu perkembangan pengetahuan,  pemikiran, dan kepribadian agar memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan memiliki kemampuan untuk bersikap dan bertingkah laku yang baik dengan manusia lain. Sedangkan tujuan khusus Ilmu Sosial Dasar antara lain sebagai berikut :
  1. Memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat.
  2. Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha-usaha menanggulanginya.
  3. Menyadari bahwa setiap masalah sosial yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks dan hanya dapat mendekatinya (mempelajarinya).
  4. Memahami jalan pikiran para ahli dalalm bidang ilmu pengetahuan lalin dan dapat berkomunikasi dengan mereka dalalm rangka penanggulangan maslah sosial yang timbul dalam masyarakat. 
ISD meliputi dua kelompok utamanya: studi manusia dan masyarakat dan studi lembaga-lembaga sosial. Yang terdahulu terdiri atas psikologi, sosiologi, antropologi, sedang yang kemudian terdiri dari ekonomi dan politik. 

Pengertian Ilmu Budaya Dasar (IBD)
 
Istilah Ilmu Budaya Dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “The Humanities”. Istilah Humanities sendiri berasal dari bahasa latin humanus yang bisa diartikan manusia, berbudaya dan halus. Agar manusia menjadi manusia yang berbudaya, maka mereka harus mempelajari ilmu the humanities supaya tidak meninggalkan tanggungjawabnya sebagai manusia.

IBD biasanya dibagi atas tiga kelompok. Pertama, seni (sastra, musik, seni rupa, seni tari dan berpidato). Sejarah, agama filsafat.

Bahasan-bahasan dalam Ilmu Budaya Dasar ada 8 yaitu : (1) Manusia dan cinta kasih; (2) Manusia dan keindahan; (3) Manusia dan penderitaan; (4) Manusia dan keadilan; (5) Manusia dan pandangan hidup; (6) Manusia dan tanggung jawab; (7) Manusia dan kegelisahan; (8) Manusia dan harapan. Dalam Ilmu Budaya Dasar yang menjadi pumpunan dalam ilmu tersebut adalah manusia dalam ketiga dimensinya yang hakiki; yaitu manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia sebagai makhluk individu, dan manusia sebagai anggota masyarakat.



  
 Referensi:
-          Buku Ilmu Budaya Dasar – Drs. Djoko Widagdho, dkk.