BAB II
PENDUDUK, MASYARAKAT
DAN KEBUDAYAAN
1.
PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN MIGRASI
A. Penduduk dunia dan masalahnya
Seiring
perkembangan zaman, penduduk dunia terus meningkat dengan cepat. Hal itu
dimungkinkan oleh adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi pada galibnya tidak semua negara
di dunia mengalami pertumbuhan penduduk yang demikian pesat. Negara-negara
Eropa Barat pada abad 20 ini cenderung mengalami kondisi stasioner, bahkan
Jerman Barat cenderung memiliki lebih sedikit jumlah penduduk berumur muda
dibanding penduduk dewasa. Dengan begitu negara ini mempunyai masalah penduduk
bukan pertumbuhannya, tetapi, kekurangan penduduk berusia muda sebagai generasi
penerus.
B. Pendidikan dan Kesehatan di negara-negara berkembang
1)
Pendidikan
Penduduk
pedesaan sebagian besar tidak memperoleh
kesempatan menempuh jenjang pendidikan di sekolah, akibat dari kondisi
kemiskinannya.
Suatu hasil survey UNICEF
membuktikan bahwa 58% anak-anak pedesaan miskin di Delhi India, tidak
bersekolah karena orang tua mereka tidak mampu membayar biaya sekolah, dan 31%
terikat dalam kerja rumah tangga.
Di samping unsur tekanan ekonomi,
penduduk pedesaan miskin paling sering kekurangan bangunan sekolah dan guru
yang memenuhi syarat. Bahkan yang lebih tragis, desa itu tidak memiliki sekolah
dasar.
Di negara-negara berkembang terdapat
variasi anak-anak usia sekolah yang mendapat kesempatan dalam pendidikan
formal. Di Honduras (Amerika Latin), 72% dari anak-anak usia 7 – 14 tahun dapat
bersekolah. Di Karachi (Pakistan) 50% anak usia sekolah berumur antara 5 – 10
tahun terdaftar pada sekolah dasar, persentase ini segera menurun menjadi 33%
bagi kampung-kampung miskin.
Di pedesaan sekitar Dakar ibukota
Senegal (Afrika Barat), persentase kanak-kanak untuk masuk sekolah sebesar 38%.
Sedangkan suatu studi di Abijan ibukota Republik Pantai Gading (Afrika Barat)
mencatat gradasi persentase anak-anak sekolah bergantung pada fungsi pekerjaan
ayah seorang anak. Semakin tinggi status/jabatan pekerjaan semakin tinggi pula
jumlah persentase anak-anak yang masuk sekolah. Data lapang menunjukkan 73%
anak-anak usia sekolah berasal dari kelompok ayah sebagai staf menegah; 43%
berasal dari anak-anak pedagang; 27% lainnya berasal dari anak-anak petani.
2)
Kesehatan
Penduduk
usia muda pada negara-negara berkembang, amat sering kedapatan menderita kurang
vitamin A, terjadi pada anak-anak di negara-negara Asia Selatan, Asia Tenggara,
seperti Birma, Srilangka, India bagian selatan, Indonesia dan Malaysia.
Penyakit-penyakit menular seperti
tuberculosis, banyak menyerang penduduk di daerah pemukiman kampung-kampung
miskin di perkotaan, antara lain di Kalkuta (India) dan di Ibadan di Nigeria
bagian barat (Afrika Barat). Parasit-parasit usus penyebab penyakit cacingan
(Askaris) banyak diderita oleh anak-anak di perkampungan miskin di Lagos
(ibukota Nigeria). Laporan-laporan UNICEF juga mengungkapkan bahwa penyakit
poliomyelitis banyak diderita oleh anak-anak di Srilangka dan Kenya (Afrika
Timur). Sebanyak 58% dari anak-anak cacat di Kenya sebagai akibat poliomyelitis,
dimungkinkan oleh fasilitas injeksi yang tidak memadai.
Bersumber dari pada konsultan
kesehatan dari World Health Organization (WHO) di Zimbabwe (Desember 1983)
ditemukan kurang lebih sejuta penderita penyakit lepra atau kusta di seluruh wilayah
Zimbabwe. Penyakit itu menyerang penduduk pada usia produktif, antara 8 – 40
tahun.
Beberapa survey konsumsi makanan
dilakukan di Asia menunjukkan bahwa pemakaian kalori rata-rata penduduk berada
di bawah tingkat yang dibutuhkan di beberapa negara. Pemakaian protein total
sangat rendah seperti yang dialami penduduk di India, Malaysia, Pakistan,
Filipina dan Thailand. Fakta-fakta di lapangan membuktikan bahwa penduduk
negara-negara berkembang kekurangan makanan berkadar protein hewani. Salah satu
sebab membuktikan bahwa di beberapa kalangan masyakat pedesaan masih berlaku
“tabu” yang melarang memakan ikan, buah-buahan dan sayur-mayur.
C. Usaha mengatasi masalah penduduk dunia
Untuk
mencapai suatu ekosistem penduduk dunia yang stabil, diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1)
Penduduk
distabilisasi/diseimbangkan
2)
Konsumsi
sumber alam dan pembangkitan polusi harus dikurangi sampai seperempat dari
tingkat konsumsi tahun 1970-an
3)
Penyelenggaraan
pendidikan dan pengadaan fasilitas kesehatan lebih diutamakan
Ada 4
macam teknik pelayanan kesehatan, yaitu :
a. Mengikuti
pertumbuhan anak
b. Penggunaan
air susu ibu
c. Imunisasi
d. Pengobatan
Oral Rehydration Therapy (ORT)
4)
Penekanan
lebih besar diberikan kepada produksi bahan pangan, sehingga akan cukup
tersedia untuk memenuhi kebutuhan semua orang
5)
Prioritas
besar diberikan kepada usaha-usaha penyuburan dan perlindungan tanah untuk
mencegah erosi
D. Masalah penduduk di Indonesia
Masalah
penduduk timbul sebagai akibat dari perubahan penduduk, antara lain :
1)
Pertambahan
atau pengurangan penduduk. Keduanya dapat mengakibatkan perubahan dalam humas
welfare dan struktur peduduk.
2)
Kerapatan/kepadatan,
dan penyebaran penduduk, yang akan dapat mempengaruhi tata ekonomi, tata
pergaulan, tata politik dan budaya masyarakatnya.
Beberapa masalah kependudukan
disebabkan karena :
1)
Rapat
Penduduk (Population Density)
Pengertian
mengenai rapat penduduk ialah Perbandingan antara jumlah orang dengan tanah
yang didiami/diolah dalam satuan luas.
Kegunaan
mengetahui angka kerapatan penduduk adalah sebagai berikut :
a)
Untuk
mengetahui ada tidaknya gejala overpopulation.
b)
Untuk
mengetahui pusat-pusat aglomenrasi penduduk.
c)
Untuk
mengetahui penyebaran dan pusat-pusat kegiatan ekonomi maupun budaya.
2)
Penyebaran
Penduduk (Population Distribution)
Faktor-faktor
tersebarnya penduduk dalam beberapa wilayah antara lain : lokasi, iklim, sumber
alam dan transportasi.
Di
Indonesia penyebaran penduduk tidak merata dan penyebaran yang tidak merata ini
menimbulkan masalah kelebihan, kekurangan penduduk untuk beberapa daerah tertentu.
3)
Kelebihan
Penduduk dan Kekurangan Penduduk (Over Population and Under Population)
Akibat
langsung dengan adanya kelebihan penduduk ialah timbulnya pengangguran. Akibat
tidak langsung dari hal ini adalah timbulnya kriminalitas.
Sedang
akibat dari under population ialah kurangnya tenaga kerja di sektor-sektor yang
sangat memerlukan tenaga manusia.
4)
Masalah
Pendapatan atau Produksi Perkapita dan Tinggi Pertumbuhan Penduduk
Dengan
adanya berbagai masalah yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang relatif
cepat tersebut maka setiap pemerintah/negara mengambil kebijaksanaan
kependudukan.
5)
Kebijaksanaan
Kependudukan :
a)
Maksud
diadakannya Kebijaksanaan Kependudukan adalah untuk dapat lebih tercapainya
kesejahteraan penduduk/masyarakat dalam arti luas, terutama terjadinya
keseimbangan antara jumlah penduduk dengan hasil pembangunan baik melalui
pertanian, industry, impor dan ekspor dan sebagainya (pidato kenegaraan
Presiden RI 16 Agustus 1969)
b)
Pengertian
kebijaksanaan Kependudukan :
Yang
dimaksud disini hanyalah kebinaan yang menyangkut perubahan kuantita dan
kualita penduduk, pemancaran penduduk, atau jumlah jiwa dan pemukiman dalam
hubungannya dengan sumber-sumber yang tersedia setiap orang.
c)
Pelaksanaan
Kebijaksanaan Kependudukan :
Dalam
usaha mengimbangi pertambahan penduduk perlu hasil-hasil pertanian dan
peternakan dipelihara, dipertahankan dan ditambah (konservasi), yang dapat
dilaksanakan dengan:
- Preservasi : dalam hal ini diusahakan
agar kualitas dan kuantitas hasil bumi diperbaiki untuk masa yang akan datang.
- Restorasi : agar berhasil, hasil bumi
dan ternak dapat tetap tinggi perlu dipelihara sumber-sumber biotic dengan
mencegah penyakit-penyakit tanaman dan hewan.
- Benefisiasi : Sumber-sumber alam
tetap dipelihara kelangsungan fungsinya beserta perkembangannya, agar makin
banyak tenaga alam dapat dipergunakan dalam proses pembangunan.
- Reklamasi : Penambahan hasil
pertanian dapat dijalankan dengan mengubah tanah-tanah improduktif menjadi
produktif.
6)
Usaha-usaha
yang dilaksanakan Kebijaksanaan Kependudukan
a)
Usaha
Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pertanian
- Ekstensifikasi Pertanian untuk
menambah hasil bumi, areal pertanian harus diperluas dengan jalan membuka hutan
(forest clearing) atau mengeringkan rawa-rawa.
- Intensifikasi pertanian untuk
perbaikan-perbaikan dalam bidang bercocok tanam meliputi pemupukan, pengairan,
pemilihan bibit unggul, pembuatan teras sawah rotasi tanaman dan lain-lain,
dapat menambah
kualitas dan kuantitas produksi pertanian. Intensifikasi ini dilakukan pada daerah-daerah yang sudah tidak memungkinkan terjangkaunya perluasan areal pertanian.
kualitas dan kuantitas produksi pertanian. Intensifikasi ini dilakukan pada daerah-daerah yang sudah tidak memungkinkan terjangkaunya perluasan areal pertanian.
b)
Transmigrasi
:
Pemindahan
penduduk daerah padat ke daerah yang tidak atau kurang padat dapat mengurangi
populations pressure. Untuk di Indonesia, daerah-daerah yang padat penduduknya
terutama dari Jawa, Madura dan Bali.
c)
Industrialisasi
:
Industrialisasi
ini diusahakan agar kebutuhan penduduk dapat dilayani secukupnya dengan cepat
dan merata tetapi tidak mengurangi kualitas produksi, sehingga dapat mengurangi
penderitaan, menaikkan taraf hidup dan mengurangi masalah-masalah sosial
ekonomi.
d)
Keluarga
Berencana
- Sifat Pelaksanaan Program KB adalah
sukarela bagi pesertanya. Tidak boleh ada paksaan dari Pemerintah maupun
Petugas.
- Sarana Program Keluarga Berencana
adalah masyarakat seluruh Indonesia.
- Tujuan Program KB yaitu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat terutama anak, ibu dengan cara menjarangkan
kelahiran dan mengurangi laju pertambahan penduduk.
- Usaha Program KB meliputi :
menjarangkan kelahiran, pengobatan kemandulan, nasihat perkawinan.
e)
Pendidikan
Kependudukan
Maksud
pelaksanaan Pendidikan Kependudukan adalah agar masyarakat dapat mengubah cara
berpikir dari cara berpikir tradisional statis menuju cara berpikir yang
rasional dinamis dan bertanggung jawab terhadap besar kecilnya keluarga dalam memanfaatkan
masa produktifnya.
Tujuannya
secara garis besar adalah agar masyarakat/anak didik dapat mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk secara cepat dan tepat.
E. Migrasi (Perpindahan Penduduk)
Migrasi
adalah gejala gerak horizontal untuk pindah tempat tinggal dan pindahnya tidak
terlalu dekat, melainkan melintasi batas administrasi, pindah ke unit
administrasi lain, misalnya kelurahan, kabupaten, kota atau negara. Dengan kata
lain, migrasi merupakan perpindahan penduduk dari satu unit geografis ke unit
geografis lainnya.
Konsep migrasi di atas mengandung
pengertian sebagai perubahan tempat tinggal secara permanen, tidak memberikan
batasan pada jarak maupun sifat kepindahan tersebut.
Di Indonesia konsep migrasi yang
dipergunakan di antaranya yang dikemukakan oleh Biro Pusat Statistik dalam
sensus penduduk tahun 1971 dan 1980. Migrasi dalam hal ini diartikan sebagai
perpindahan seseorang melewati batas propinsi lain dalam jangka waktu 6 bulan
atau lebih. Namun demikian dijelaskan pula bahwa seseorang dikatakan telah
melakukan migrasi apabila ia telah melakukan perpindahan kurang dari 6 bulan
tetapi secara resmi pindah atau sebelumnya telah ada niatan untuk menetap di
daerah tujuan.
2.
PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda)
= culture (bahasa Inggris) = tsaqafah
(bahasa Arab); berasal dari perkataan Latin “Colere” yang artinya mengolah,
mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau
bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.”
Ditinjau
dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta
“Budhayah” yang berarti budi atau akal. Jadi kebudayaan adalah hasil budi atau
akal manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Pada
umumnya orang mengartikan kebudayaan dengan kesenian, seperti seni tari, seni
suara, seni lukis dan sebagainya. Dalam pandangan sosiologi, kebudayaan
mempunyai arti yang lebih luas daripada itu. Kebudayaan terbagi menjadi kebudayaan
material yaitu hasil cipta, karsa yang berwujud benda-benda atau alat-alat
pengolahan alam seperti gedung, pabrik-pabrik, jalan-jalan, rumah-rumah, alat
komunikasi, mesin-mesin dan sebagainya. Dan juga kebudayaan nonmaterial yang
merupakan hasil cipta, karsa yang berwujud kebiasaan-kebiasaan atau adat
istiadat, kesusilaan, ilmu pengetahuan, keyakinan, keagamaan, dan sebagainya.
Kebudayaan
adalah suatu hasil, dan hasil itu dengan sengaja atau tidak sesungguhnya ada
dalam masyarakat. Jadi pada pokoknya tiap-tiap manusia itu pasti mempunyai
kebudayaan yaitu gejala-gejala jiwa yang dimiliki oleh manusia, dan yang
membedakan manusia dengan binatang. Dengan hasil budaya manusia, maka
terjadilah pola kehidupan, dan pola kehidupan inilah yang menyebabkan hidup
bersama dan dengan pola kehidupan ini pula dapat mempengaruhi cara berpikir dan
gerak sosial.
A.
Hubungan Manusia dan Kebudayaan
Sebagai makhluk sosio-budaya manusia
dipelajari dalam antropologi budaya. Antropologi budaya menyelidiki seluruh
cara hidup manusia, bagaimana manusia dengan akal budinya dan struktur fisiknya
dalam mengubah lingkungan berdasarkan pengalamannya. Juga memahami dan
melukiskan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat.
Akhirnya
terdapat konsepsi yang memberi gambaran bahwasanya hanya manusialah yang mampu
berkebudayaan, sedang pada hewan tidak. Dan sebaliknya tidak ada kebudayaan
tanpa adanya manusia. Hal ini dikarenakan manusia dapat belajar dan dapat
memahami bahasa, yang semuanya itu bersumber pada
akal manusia.
akal manusia.
B.
Hubungan Masyarakat dengan Kebudayaan
Masyarakat adalah kumpulan manusia
yang hidup dalam suatu daerah tertentu, dan mempunyai aturan-aturan yang
mengatur mereka untuk menuju kepada tujuan yang sama. Dalam masyarakat tersebut
manusia selalu memperoleh kecakapan, pengetahuan-pengetahuan baru sehingga
penimbunan itu dalam keadaan yang sehat dan selalu bertambah isinya.
Dapat
diibaratkan, manusia adalah sumber kebudayaan, dan masyarakat adalah satu dunia
besar, ke mana air dari sumber-sumber itu mengalir dan tertampung. Jadi erat sekali hubungan antara masyarakat
dengan kebudayaan. Kebudayaan tak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat dan
eksistensi masyarakat itu hanya dapat dimungkinkan oleh adanya kebudayaan.
C.
Hubungan Manusia, Masyarakat dan
Kebudayaan
Manusia, masyarakat dan kebudayaan
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam artinya yang utuh.
Karena ketiga unsure inilah kehidupan makhluk sosial berlangsung.
Masyarakat
tidak dapat dipisahkan daripada manusia karena hanya manusia saja yang hidup
bermasyarakat. Begitu juga sebaliknya, manusia yang tidak mengalami hidup
bermasyarakat tidak dapat menunaikan bakat kemanusiaannya yaitu mencapai
kebudayaan. Dengan kata lain di mana orang hidup bermasyarakat, pasti akan
timbul kebudayaan.
Koentjaraningrat (1974)
merumuskan bahwa sedikitnya ada 3 wujud kebudayaan, yaitu:
1)
Wujud
ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan
2)
Wujud
kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
3)
Wujud
benda-benda hasil karya manusia