Sabtu, 22 November 2014



BAB II
PENDUDUK, MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

1.    PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN MIGRASI
A.    Penduduk dunia dan masalahnya

Seiring perkembangan zaman, penduduk dunia terus meningkat dengan cepat. Hal itu dimungkinkan oleh adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Akan tetapi pada galibnya tidak semua negara di dunia mengalami pertumbuhan penduduk yang demikian pesat. Negara-negara Eropa Barat pada abad 20 ini cenderung mengalami kondisi stasioner, bahkan Jerman Barat cenderung memiliki lebih sedikit jumlah penduduk berumur muda dibanding penduduk dewasa. Dengan begitu negara ini mempunyai masalah penduduk bukan pertumbuhannya, tetapi, kekurangan penduduk berusia muda sebagai generasi penerus.

B.    Pendidikan dan Kesehatan di negara-negara berkembang

1)      Pendidikan

Penduduk pedesaan sebagian besar tidak  memperoleh kesempatan menempuh jenjang pendidikan di sekolah, akibat dari kondisi kemiskinannya.
            Suatu hasil survey UNICEF membuktikan bahwa 58% anak-anak pedesaan miskin di Delhi India, tidak bersekolah karena orang tua mereka tidak mampu membayar biaya sekolah, dan 31% terikat dalam kerja rumah tangga.
            Di samping unsur tekanan ekonomi, penduduk pedesaan miskin paling sering kekurangan bangunan sekolah dan guru yang memenuhi syarat. Bahkan yang lebih tragis, desa itu tidak memiliki sekolah dasar.
            Di negara-negara berkembang terdapat variasi anak-anak usia sekolah yang mendapat kesempatan dalam pendidikan formal. Di Honduras (Amerika Latin), 72% dari anak-anak usia 7 – 14 tahun dapat bersekolah. Di Karachi (Pakistan) 50% anak usia sekolah berumur antara 5 – 10 tahun terdaftar pada sekolah dasar, persentase ini segera menurun menjadi 33% bagi kampung-kampung miskin.
            Di pedesaan sekitar Dakar ibukota Senegal (Afrika Barat), persentase kanak-kanak untuk masuk sekolah sebesar 38%. Sedangkan suatu studi di Abijan ibukota Republik Pantai Gading (Afrika Barat) mencatat gradasi persentase anak-anak sekolah bergantung pada fungsi pekerjaan ayah seorang anak. Semakin tinggi status/jabatan pekerjaan semakin tinggi pula jumlah persentase anak-anak yang masuk sekolah. Data lapang menunjukkan 73% anak-anak usia sekolah berasal dari kelompok ayah sebagai staf menegah; 43% berasal dari anak-anak pedagang; 27% lainnya berasal dari anak-anak petani.

2)      Kesehatan

Penduduk usia muda pada negara-negara berkembang, amat sering kedapatan menderita kurang vitamin A, terjadi pada anak-anak di negara-negara Asia Selatan, Asia Tenggara, seperti Birma, Srilangka, India bagian selatan, Indonesia dan Malaysia.
            Penyakit-penyakit menular seperti tuberculosis, banyak menyerang penduduk di daerah pemukiman kampung-kampung miskin di perkotaan, antara lain di Kalkuta (India) dan di Ibadan di Nigeria bagian barat (Afrika Barat). Parasit-parasit usus penyebab penyakit cacingan (Askaris) banyak diderita oleh anak-anak di perkampungan miskin di Lagos (ibukota Nigeria). Laporan-laporan UNICEF juga mengungkapkan bahwa penyakit poliomyelitis banyak diderita oleh anak-anak di Srilangka dan Kenya (Afrika Timur). Sebanyak 58% dari anak-anak cacat di Kenya sebagai akibat poliomyelitis, dimungkinkan oleh fasilitas injeksi yang tidak memadai.
            Bersumber dari pada konsultan kesehatan dari World Health Organization (WHO) di Zimbabwe (Desember 1983) ditemukan kurang lebih sejuta penderita penyakit lepra atau kusta di seluruh wilayah Zimbabwe. Penyakit itu menyerang penduduk pada usia produktif, antara 8 – 40 tahun.
            Beberapa survey konsumsi makanan dilakukan di Asia menunjukkan bahwa pemakaian kalori rata-rata penduduk berada di bawah tingkat yang dibutuhkan di beberapa negara. Pemakaian protein total sangat rendah seperti yang dialami penduduk di India, Malaysia, Pakistan, Filipina dan Thailand. Fakta-fakta di lapangan membuktikan bahwa penduduk negara-negara berkembang kekurangan makanan berkadar protein hewani. Salah satu sebab membuktikan bahwa di beberapa kalangan masyakat pedesaan masih berlaku “tabu” yang melarang memakan ikan, buah-buahan dan sayur-mayur.

C.     Usaha mengatasi masalah penduduk dunia

Untuk mencapai suatu ekosistem penduduk dunia yang stabil, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1)      Penduduk distabilisasi/diseimbangkan
2)      Konsumsi sumber alam dan pembangkitan polusi harus dikurangi sampai seperempat dari tingkat  konsumsi tahun 1970-an
3)      Penyelenggaraan pendidikan dan pengadaan fasilitas kesehatan lebih diutamakan
 Ada 4 macam teknik pelayanan kesehatan, yaitu :
a.  Mengikuti pertumbuhan anak
b. Penggunaan air susu ibu
c. Imunisasi
d. Pengobatan Oral Rehydration Therapy (ORT)
4)      Penekanan lebih besar diberikan kepada produksi bahan pangan, sehingga akan cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan semua orang
5)      Prioritas besar diberikan kepada usaha-usaha penyuburan dan perlindungan tanah untuk mencegah erosi

D.    Masalah penduduk di Indonesia

Masalah penduduk timbul sebagai akibat dari perubahan penduduk, antara lain :
1)      Pertambahan atau pengurangan penduduk. Keduanya dapat mengakibatkan perubahan dalam humas welfare dan struktur peduduk.
2)      Kerapatan/kepadatan, dan penyebaran penduduk, yang akan dapat mempengaruhi tata ekonomi, tata pergaulan, tata politik dan budaya masyarakatnya.

Beberapa masalah kependudukan disebabkan karena :
1)      Rapat Penduduk (Population Density)
Pengertian mengenai rapat penduduk ialah Perbandingan antara jumlah orang dengan tanah yang didiami/diolah dalam satuan luas.
Kegunaan mengetahui angka kerapatan penduduk adalah sebagai berikut :
a)      Untuk mengetahui ada tidaknya gejala overpopulation.
b)      Untuk mengetahui pusat-pusat aglomenrasi penduduk.
c)      Untuk mengetahui penyebaran dan pusat-pusat kegiatan ekonomi maupun budaya.
2)      Penyebaran Penduduk (Population Distribution)
Faktor-faktor tersebarnya penduduk dalam beberapa wilayah antara lain : lokasi, iklim, sumber alam dan transportasi.
Di Indonesia penyebaran penduduk tidak merata dan penyebaran yang tidak merata ini menimbulkan masalah kelebihan, kekurangan penduduk untuk beberapa daerah tertentu.
3)      Kelebihan Penduduk dan Kekurangan Penduduk (Over Population and Under Population)
Akibat langsung dengan adanya kelebihan penduduk ialah timbulnya pengangguran. Akibat tidak langsung dari hal ini adalah timbulnya kriminalitas.
Sedang akibat dari under population ialah kurangnya tenaga kerja di sektor-sektor yang sangat memerlukan tenaga manusia.
4)      Masalah Pendapatan atau Produksi Perkapita dan Tinggi Pertumbuhan Penduduk
Dengan adanya berbagai masalah yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang relatif cepat tersebut maka setiap pemerintah/negara mengambil kebijaksanaan kependudukan.
5)      Kebijaksanaan Kependudukan :
a)      Maksud diadakannya Kebijaksanaan Kependudukan adalah untuk dapat lebih tercapainya kesejahteraan penduduk/masyarakat dalam arti luas, terutama terjadinya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan hasil pembangunan baik melalui pertanian, industry, impor dan ekspor dan sebagainya (pidato kenegaraan Presiden RI 16 Agustus 1969)
b)      Pengertian kebijaksanaan Kependudukan :
Yang dimaksud disini hanyalah kebinaan yang menyangkut perubahan kuantita dan kualita penduduk, pemancaran penduduk, atau jumlah jiwa dan pemukiman dalam hubungannya dengan sumber-sumber yang tersedia setiap orang.
c)      Pelaksanaan Kebijaksanaan Kependudukan :
Dalam usaha mengimbangi pertambahan penduduk perlu hasil-hasil pertanian dan peternakan dipelihara, dipertahankan dan ditambah (konservasi), yang dapat dilaksanakan dengan:
- Preservasi : dalam hal ini diusahakan agar kualitas dan kuantitas hasil bumi diperbaiki untuk masa yang akan datang.
- Restorasi : agar berhasil, hasil bumi dan ternak dapat tetap tinggi perlu dipelihara sumber-sumber biotic dengan mencegah penyakit-penyakit tanaman dan hewan.
- Benefisiasi : Sumber-sumber alam tetap dipelihara kelangsungan fungsinya beserta perkembangannya, agar makin banyak tenaga alam dapat dipergunakan dalam proses pembangunan.
- Reklamasi : Penambahan hasil pertanian dapat dijalankan dengan mengubah tanah-tanah improduktif menjadi produktif.
6)      Usaha-usaha yang dilaksanakan Kebijaksanaan Kependudukan
a)      Usaha Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pertanian
- Ekstensifikasi Pertanian untuk menambah hasil bumi, areal pertanian harus diperluas dengan jalan membuka hutan (forest clearing) atau mengeringkan rawa-rawa.
- Intensifikasi pertanian untuk perbaikan-perbaikan dalam bidang bercocok tanam meliputi pemupukan, pengairan, pemilihan bibit unggul, pembuatan teras sawah rotasi tanaman dan lain-lain, dapat menambah 
kualitas dan kuantitas produksi pertanian. Intensifikasi ini dilakukan pada daerah-daerah yang sudah tidak memungkinkan terjangkaunya perluasan areal pertanian.
b)      Transmigrasi :
Pemindahan penduduk daerah padat ke daerah yang tidak atau kurang padat dapat mengurangi populations pressure. Untuk di Indonesia, daerah-daerah yang padat penduduknya terutama dari Jawa, Madura dan Bali.
c)      Industrialisasi :
Industrialisasi ini diusahakan agar kebutuhan penduduk dapat dilayani secukupnya dengan cepat dan merata tetapi tidak mengurangi kualitas produksi, sehingga dapat mengurangi penderitaan, menaikkan taraf hidup dan mengurangi masalah-masalah sosial ekonomi.
d)      Keluarga Berencana
- Sifat Pelaksanaan Program KB adalah sukarela bagi pesertanya. Tidak boleh ada paksaan dari Pemerintah maupun Petugas.
- Sarana Program Keluarga Berencana adalah masyarakat seluruh Indonesia.
- Tujuan Program KB yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama anak, ibu dengan cara menjarangkan kelahiran dan mengurangi laju pertambahan penduduk.
- Usaha Program KB meliputi : menjarangkan kelahiran, pengobatan kemandulan, nasihat perkawinan.
e)      Pendidikan Kependudukan
Maksud pelaksanaan Pendidikan Kependudukan adalah agar masyarakat dapat mengubah cara berpikir dari cara berpikir tradisional statis menuju cara berpikir yang rasional dinamis dan bertanggung jawab terhadap besar kecilnya keluarga dalam memanfaatkan masa produktifnya.
Tujuannya secara garis besar adalah agar masyarakat/anak didik dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk secara cepat dan tepat.

E.     Migrasi (Perpindahan Penduduk)

Migrasi adalah gejala gerak horizontal untuk pindah tempat tinggal dan pindahnya tidak terlalu dekat, melainkan melintasi batas administrasi, pindah ke unit administrasi lain, misalnya kelurahan, kabupaten, kota atau negara. Dengan kata lain, migrasi merupakan perpindahan penduduk dari satu unit geografis ke unit geografis lainnya.
      Konsep migrasi di atas mengandung pengertian sebagai perubahan tempat tinggal secara permanen, tidak memberikan batasan pada jarak maupun sifat kepindahan tersebut.
      Di Indonesia konsep migrasi yang dipergunakan di antaranya yang dikemukakan oleh Biro Pusat Statistik dalam sensus penduduk tahun 1971 dan 1980. Migrasi dalam hal ini diartikan sebagai perpindahan seseorang melewati batas propinsi lain dalam jangka waktu 6 bulan atau lebih. Namun demikian dijelaskan pula bahwa seseorang dikatakan telah melakukan migrasi apabila ia telah melakukan perpindahan kurang dari 6 bulan tetapi secara resmi pindah atau sebelumnya telah ada niatan untuk menetap di daerah tujuan.

2.    PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) =  culture (bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa Arab); berasal dari perkataan Latin “Colere” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.”
            Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta “Budhayah” yang berarti budi atau akal. Jadi kebudayaan adalah hasil budi atau akal manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup.
            Pada umumnya orang mengartikan kebudayaan dengan kesenian, seperti seni tari, seni suara, seni lukis dan sebagainya. Dalam pandangan sosiologi, kebudayaan mempunyai arti yang lebih luas daripada itu. Kebudayaan terbagi menjadi kebudayaan material yaitu hasil cipta, karsa yang berwujud benda-benda atau alat-alat pengolahan alam seperti gedung, pabrik-pabrik, jalan-jalan, rumah-rumah, alat komunikasi, mesin-mesin dan sebagainya. Dan juga kebudayaan nonmaterial yang merupakan hasil cipta, karsa yang berwujud kebiasaan-kebiasaan atau adat istiadat, kesusilaan, ilmu pengetahuan, keyakinan, keagamaan, dan sebagainya.
            Kebudayaan adalah suatu hasil, dan hasil itu dengan sengaja atau tidak sesungguhnya ada dalam masyarakat. Jadi pada pokoknya tiap-tiap manusia itu pasti mempunyai kebudayaan yaitu gejala-gejala jiwa yang dimiliki oleh manusia, dan yang membedakan manusia dengan binatang. Dengan hasil budaya manusia, maka terjadilah pola kehidupan, dan pola kehidupan inilah yang menyebabkan hidup bersama dan dengan pola kehidupan ini pula dapat mempengaruhi cara berpikir dan gerak sosial.

A.    Hubungan Manusia dan Kebudayaan
Sebagai makhluk sosio-budaya manusia dipelajari dalam antropologi budaya. Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia dengan akal budinya dan struktur fisiknya dalam mengubah lingkungan berdasarkan pengalamannya. Juga memahami dan melukiskan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat.
      Akhirnya terdapat konsepsi yang memberi gambaran bahwasanya hanya manusialah yang mampu berkebudayaan, sedang pada hewan tidak. Dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa adanya manusia. Hal ini dikarenakan manusia dapat belajar dan dapat memahami bahasa, yang semuanya itu bersumber pada 
akal manusia.

B.    Hubungan Masyarakat dengan Kebudayaan
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu, dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka untuk menuju kepada tujuan yang sama. Dalam masyarakat tersebut manusia selalu memperoleh kecakapan, pengetahuan-pengetahuan baru sehingga penimbunan itu dalam keadaan yang sehat dan selalu bertambah isinya.
      Dapat diibaratkan, manusia adalah sumber kebudayaan, dan masyarakat adalah satu dunia besar, ke mana air dari sumber-sumber itu mengalir dan tertampung.  Jadi erat sekali hubungan antara masyarakat dengan kebudayaan. Kebudayaan tak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat dan eksistensi masyarakat itu hanya dapat dimungkinkan oleh adanya kebudayaan.

C.     Hubungan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan
Manusia, masyarakat dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam artinya yang utuh. Karena ketiga unsure inilah kehidupan makhluk sosial berlangsung.
      Masyarakat tidak dapat dipisahkan daripada manusia karena hanya manusia saja yang hidup bermasyarakat. Begitu juga sebaliknya, manusia yang tidak mengalami hidup bermasyarakat tidak dapat menunaikan bakat kemanusiaannya yaitu mencapai kebudayaan. Dengan kata lain di mana orang hidup bermasyarakat, pasti akan timbul kebudayaan.
Koentjaraningrat (1974) merumuskan bahwa sedikitnya ada 3 wujud kebudayaan, yaitu:
1)      Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan
2)      Wujud kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
3)      Wujud benda-benda hasil karya manusia